Jumat, 22 Juni 2012

agama



Umar dan Seorang Bocah

Di suatu hari yang terik, kala matahari tepat dijantung langit,sayyidina umar ibnul khaththab keluar rumah. Khalifah kedua itu hendah melihat kondisi rakyatnya. Tapi, rupanya panas matahari makin menyengat sehingga pemimpin umat yang dijuluki Amirul Mukminin itu menutupi kepalanya dengan sorbannya.

Lalu, lewatlah seorang anak kecil yang menunggu keledainya. Umar pun kemudian memanggilnya seraya berkata, “wahai anak kecil, bolehkah aku menumpang di keledaimu?” anak itu pun segera mendekatinya umar dan turun dari keledainya. Dia menawarkan kepada umar, “wahai amirul mukminin, naiklah ke keledaiku ini!” pintanya. Umar menjawab, “aku tidak akan naik ke keledaimu ini sampai engkau pun naik  di atasny dan aku menumpang di belakangmu.”

Mereka berdua mengendarai keledai menuju madinah. Sesampai dimadinah, orang keheranan karena melihat pimpin (setingkat presiden) di zaman sekarang menumpang keledai dengan duduk di belakang seorang anak kecil.

Hikmak  Cerita

Cerita umar dan anak kecil di atas mencerminkan bahwa seorang presiden sekalipun, tidak boleh merasa lebih tinggi daripada anak kecil. Apa lagi pemimpin itu meminta bantuan kepada anak kecil itu. Kita juga harus seperti itu, tidak boleh merasa besar sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar